Weton Kelahiran dan Watak Manusia: Keseimbangan Kosmos dalam Diri Orang Jawa
Weton (we-ton) merupakan sistem penanggalan warisan budaya Jawa yang digunakan untuk menelisik karakter, watak, hingga takdir hidup seseorang. Bukan sekadar penanda tanggal lahir, weton adalah cerminan dari keseimbangan kosmos yang menyatu dalam diri individu pada saat ia dilahirkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), weton adalah hari lahir seseorang dengan pasarannya (Legi, Paing, Pon, Wage, Kliwon). Dalam perspektif filosofi Jawa, weton merupakan titik temu antara energi alam makrokosmos (Saptawara atau tujuh hari) dan mikrokosmos (Pancawara atau lima hari pasaran), yang kemudian menghasilkan nilai numerik yang disebut neptu. Neptu inilah yang menjadi kunci utama dalam menginterpretasikan watak dan sifat bawaan manusia.
I. Weton sebagai Cerminan Watak Bawaan
Watak atau karakter seseorang yang lahir pada weton tertentu diyakini mencerminkan sifat-sifat elemen alam semesta (Pancabayu) dan pergerakan nasib (Lakune) yang dominan pada hari kelahirannya. Penafsiran ini terbagi menjadi dua lapisan: karakter yang dipengaruhi oleh nilai neptu total, dan karakter yang dipengaruhi oleh unsur dasar pasarannya.
A. Watak Berdasarkan Neptu Total (Lakune)
Nilai neptu (penjumlahan hari dan pasaran) menggambarkan “jalan hidup” (Lakune) dan tingkat kekuatan energi yang melekat pada individu.
B. Watak Berdasarkan Pasaran (Pancawara)
Lima hari pasaran memiliki energi warna dan arah yang berbeda, yang juga memberikan karakteristik mendasar pada sifat individu.
II. Watak dan Keseimbangan Kosmos
Konsep watak weton mencerminkan prinsip keseimbangan kosmos dalam filsafat Jawa, yang disebut Manunggaling Kawula Gusti (kesatuan hamba dengan Tuhan). Setiap manusia adalah replika kecil dari alam semesta. Watak seseorang tidak dilihat sebagai hal yang mutlak baik atau buruk, melainkan sebagai potensi energi yang perlu dikelola.
- Sifat Positif (Harmoni): Sifat-sifat seperti kesabaran (Lakune Bumi), kewibawaan (Lakune Matahari), dan pengayoman (Sanggar Waringin) harus dipupuk dan diarahkan untuk kebaikan bersama.
- Sifat Negatif (Dis-harmoni): Sifat-sifat seperti mudah marah (Lakune Geni) dan keras kepala harus dikendalikan melalui laku prihatin atau tirakat.
Jika seseorang lahir dengan weton neptu 8 (Lakune Geni), Primbon tidak menyarankan untuk mengubah takdirnya, melainkan menuntutnya untuk mengolah emosinya agar sifat api tersebut menjadi energi positif (semangat kerja keras), bukan energi destruktif (pemarah).
III. Pengaruh Watak terhadap Jodoh dan Rezeki
Watak yang terbentuk dari weton sangat memengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan dunia luar, termasuk dalam hal mencari jodoh dan rezeki.
A. Jodoh (Kesesuaian Watak)
Dalam perhitungan jodoh, neptu kedua pasangan dijumlahkan untuk melihat kecocokan energi. Misalnya, perpaduan antara watak Lakune Bumi (sabar dan mengayomi) dengan watak Lakune Lintang (pesona dan penyendiri) sering kali dianggap saling melengkapi.
- Pasangan yang menghasilkan kategori Topo (sulit di awal) diyakini membutuhkan kesabaran dan ketekunan (watak Lakune Bumi) untuk melewati masa sulit dan mencapai kebahagiaan.
- Pasangan yang menghasilkan kategori Ratu atau Pesthi berarti memiliki watak bawaan yang saling mendukung, sehingga rumah tangga mereka diprediksi harmonis dan dihormati.
B. Rezeki (Kesesuaian Profesi)
Watak yang dibawa weton sering menjadi panduan dalam memilih profesi yang sesuai.
- Weton dengan neptu tinggi dan pasaran Pahing (Api/Ambisius) sering dianggap cocok menjadi pemimpin, pedagang, atau pengusaha karena memiliki semangat yang membara.
- Weton dengan pasaran Kliwon (Pusat/Cerdas) cocok di bidang yang membutuhkan kecerdasan dan komunikasi, seperti guru, penulis, atau orator.
- Weton dengan neptu kecil dan Lakune Angin (mudah berubah) disarankan mencari pekerjaan yang dinamis, seperti wirausaha atau seniman, yang tidak terikat rutinitas kaku.
Penutup
Weton kelahiran adalah peta diri yang komprehensif. Bagi orang Jawa, memahami weton bukanlah tentang mempercayai ramalan buta, tetapi tentang mengenali diri dan mengelola potensi. Watak yang terkandung dalam weton menuntut individu untuk melakukan laku (perilaku) yang benar, sehingga energi kosmos dalam dirinya—yang ditunjukkan oleh Pasaran dan Neptu—dapat diselaraskan untuk mencapai hidup yang seimbang (ayem tentrem) dan penuh berkah. Weton adalah alat spiritual untuk mencapai kesempurnaan batin dan lahiriah, sesuai dengan tuntunan adat dan tradisi Jawa.
Share this content:














Post Comment